12 February 2016

my son, my love, my everything,

Hai, aku kembali. Kali ini aku menulis pertama kali sebagai seorang IBU. Yap, aku sudah melahirkan anak pertamaku, tepatnya putra pertamaku. Perjalanan yang panjang saat aku melahirkan anakku, dan itu perjuangan yang tak mudah. Maka dari itu, aku ingin mengabadikannya dalam blog ini. Siapa tau kan, suatu saat anakku googling dan buka asal-usulnya, keluar deh nama dia di blog mamanya ini ^^

16 Januari 2016
Perjalanan dimulai hari ini. Sabtu malam alias malam minggu itu, sepulang dari misa sore, aku dan suamiku pergi kontrol ke dokter kandungan langganan ditempatku bekerja. Oya, saat itu aku sudah masuk cuti melahirkan. Aku mulai cuti tanggal 04 Januari 2016 yang lalu. Sudah cukup lama kan, makanya aku menanti banget si kecil lahir, dari harap-harap tanggal cantik sampe tanggal ultah papahnya, dia tetep belum mau lahir.

Hari ini aku berharap, ini adalah kontrol terakhir, setidaknya aku dianjurkan kek untuk CTG (rekam detak jantung dan gerak bayi) dan di VT (periksa dalam). Dan doaku dikabulkan, setelah berbincang dengan dokter di ruangannya, aku dianjurkan CTG di ruang bersalin. Ah senangnya! Tapi saat di USG di ruangan dokter, aku bertanya 'keliatan gak sih dok, sudah masuk jalan lahir atau belum?'; 'ini sih udah dibawah kepalanya, tapi dia posisinya terlentang. Seharusnya tengkurap, jadi mungkin agak susah masuk panggulnya', jawab si dokter. Saat itu aku masih biasa aja, masih optimis BANGET bisa lahir normal :)

Di ruang bersalin, aku di CTG dan hasilnya baik. Lalu aku di VT dan hasilnya sudah pembukaan 1. Ah senangnya, setidaknya sudah dekat dengan kelahiran. Btw, nyess banget pas di VT hehehe, sampe gemeteran rasanya. Saat itu aku lebih berharap di anjurkan inap dan di induksi supaya segera lahir, udah gak sabar banget rasanya hehehe. Tapi karena dokternya nyuruh pulang dulu dan 2-3 hari lagi balik kalau belum ada pecah ketuban atau kontraksi 5 menit sekali, yasudah kami nurut. Pulang deh.

17 Januari 2016
Entah karena ke-sugesti atau karena emang bonding antara anak dan ibu, anaknya tau ibunya mau cepet-cepet ketemuan, jadinya dari subuh udah mules-mules walau masih belum teratur. Makin siang, makin teratur 10 menit sekali dan masih bisa ketahan sakitnya. Karena mulesnya masih mules kayak mau haid. Kan kata orang-orang kalo lahiran mulesnya kayak mau pup. Entah kayak gimana rasanya, tunggu sajalah.

Jam 21.00 tiba-tiba mulesnya sempet 5 menit sekali dan kayak mau pup. Alhasil dengan semangat siap-siap jalan ke RS. Tapi di perjalanan mulesnya ilang-timbul lagi. Dan balik menjadi 10 menit sekali. Lah, iki piye? Karena males muter balik pulang, plus malu juga sama yang udah nganter, si mama dan adik, jadi tetep kita meluncur ke RS. Masuk lewat IGD dan diantar ke ruang bersalin lagi.

Di ruang bersalin, aku di CTG dan di VT lagi, hasilnya sudah pembukaan 2. Dari situ, aku disuruh langsung rawat inap dan istirahat di RS. YESSSS, makin dekat dengan lahiran ^^
Tapi malam itu aku bener-bener disuruh istirahat doank, gak di pasang infus, gak di induksi atau apapun. Hanya sesekali di Doppler (cek detak jantung dan gerak bayi) pake alat kecil yang gak sebesar rekaman CTG. Tapi malam itu aku gak bisa tidur karena setiap mau pules, mules datang. Maklum tiap 5-10 menit mulesnya muncul. Suamiku pun juga gak bisa tidur karena nemenin aku. Mama dan adikku sudah diantar pulang.

18 Januari 2016
Jam 05.00 aku mandi dan setelahnya di VT, hasilnya sudah pembukaan 4. Cepatnya, padahal gak nyangka bisa secepat itu untuk kelahiran anak pertama. Makin semangat deh. Kurang lebih jam 09.00 dokter kandungan datang dan VT lagi, sudah pembukaan 6!! Tapi kata dokter dan bidan, kepala si bayi masih jauh di atas panggul, belum masuk panggulnya. Mestinya dia sudah turun. Dan dikasih opsi dipecahin ketubannya, dengan harapan kepala bayi bisa meluncur kebawah bersamaan ketuban yang keluar.

Tanpa pikir panjang, aku meng-iya-kan yang terbaik. Gak sakit sih pas di pecahin ketubannya, gak berasa malahan. Tiba-tiba berasa ada rembesan air keluar tanpa bisa di-rem. Tapi setelahnya itu loh, mules yang awalnya masih bisa ku tahan, makin berasa nyeri-nya. Genggaman tanganku ke suamiku pun makin kuat. Lalu aku dipasang infus untuk induksi.

Kurang lebih Jam 11.00 aku di VT lagi dan hasilnya sudah pembukaan 9. Tapi lagi-lagi bidannya masih bilang kepala si bayi masih di atas. Aku bahkan sudah diperbolehkan ngeden dengan posisi miring supaya ngebantu ngedorong kepala si bayi. Mules yang makin menjadi gak meruntuhkan ke-optimisanku untuk melahirkan normal. Beberapa temanku pun datang untuk melihat proses melahirkanku.

Jam 11.30 dokter datang lagi dan saat itu hasil VT sudah pembukaan 10. Aku sudah dipandu untuk ngeden. Tapi lagi-lagi posisi kepala si bayi tak kunjung turun. Mules yang tiada henti, berhenti hanya sesaat dan lanjut mules lagi bikin aku makin gak konsentrasi. Kontraksi yang selalu datang itu bikin aku harus ngeden untuk ngurangin sakitnya. Dokter memandu aku mengejan dengan berbagai posisi. Dari posisi setengah berbaring dan kaki mengangkang, lalu posisi bersujud dan posisi miring.

Aku dikasih waktu sejam oleh dokter untuk mengejan. Setelah sejam aku mengejan dengan di selingi VT terus-menerus dan memastikan posisi kepala si bayi tetap tidak turun, akhirnya dokter memberi opsi untuk bedah sesar. Aku hanya bertanya 'apakah gak ada jalan lain dok?'; 'kalaupun saya vakum, kepalanya yang terlihat bagian belakang, kalau vakum itu harus kepala bagian tengah.' begitulah jawab si dokter.

Akhirnya aku hanya menatap suamiku, dan suamiku meng-iyakan untuk bedah sesar demi keselamatan aku dan si bayi. Dengan menahan mules yang masih menghujamku, dan beberapa prosedur yang harus dilewati sebelum sesar, aku hanya bisa meringis, merintih dan berharap semua segera selesai.

Kurang lebih jam 13.00 selesai semua prosedur administrasi yang diurus suamiku, aku di dorong ke ruang operasi. Bius anastesi pun akhirnya dilakukan setelah dengan susah payah aku menahan mules kontraksi dan berusaha duduk untuk disuntik di tulang belakang. Dengan anastesi itu, kontraksi yang kurasakan menghilang dan aku akhirnya tertidur lelap. Padahal itu bukan anastesi total, hanya separuh badan tapi karena lelah belum tidur seharian membuatku tak bisa sadar sepenuhnya.

Aku terbangun sebentar dan jatuh tertidur lagi, terbangun lalu tertidur lagi dan begitu terus sampai suara tangisan anakku terdengar dan sorak sorai suara perawat memenuhi ruangan operasi. Jam 13.23 anakku lahir. Bukan tanggal cantik tapi jam cantik ^^ Setelah di lap sebentar, ia lalu di taruh di dadaku untuk IMD (inisiasi menyusui dini). Sebelum di letakkan di dadaku, aku memberinya first kiss. Ia lahir sehat, normal, sempurna. Kepalanya agak lonjong di belakang akibat mengejan tadi dan yang masuk hanya kepala bagian belakang, tapi kata dokter anaknya beberapa hari juga kembali normal (dan ya, sudah normal sekarang) dan matanya agak memerah, kata dokternya itu akibat di dalam dia juga berjuang keluar (oh my son, makasih sudah bantu mamah).

Setelah sejam IMD dan aku sudah tertidur-terbangun-tertidur lagi dan seterusnya, akhirnya selesai operasinya dan dokter kandunganku menghampiri aku yg lagi nge-fly, katanya 'kalau saya bilang, kamu bisa lahiran normal tapi tunggu 2 jam lagi, kamu mau enggak?'. Aku cuma melengos dan menghela napas dan berkata 'kayaknya gak kuat dok, udah capek duluan.' Dan dia mengangguk membenarkan dan menabahkan 'yang penting sekarang semuanya sehat ya.' sambil menepuk kepalaku dan berjalan keluar ruangan operasi.

Perjalanan panjang hari ini, kesakitan kontraksi sampai pembukaan 10, kesakitan pasca bedah sesar, akhirnya ditutup dengan kebahagiaan atas kelahiran putra pertamaku dengan suamiku. Antonius Elrik Yudanta Suseno. My son, my love, my everything. Gak ada yang bisa menyaingi cintanya mamah ke Danta. Perjuangan mamah hari ini hanya bisa mamah lakukan buat Danta, buat ngelahirin Danta, buat nyelamatin Danta, buat Danta bisa ketemu papah. Love you.


-Mamah-


No comments: