06 March 2016

JANGAN BILANG !!!

Banyak orang bilang, ibu yang memilih melahirkan caesar itu suatu kesalahan.
Banyak orang bilang, ibu yang melahirkan caesar itu gak mau merasakan sakit.
Banyak orang bilang, ibu yang melahirkan caesar itu belum jadi ibu seutuhnya.
Banyak orang bilang, ibu yang melahirkan caesar itu menyalahi kodratnya sebagai seorang perempuan.

Mungkin orang-orang itu benar tapi hanya secuil kebenaran mereka.
Mereka gak salah, hanya kurang mengerti keadaannya saja.
Mereka gak salah, hanya saja sedikit 'tong kosong nyaring bunyi-nya'
Semoga mereka itu mengerti setelah baca artikel ini.

Caesar bagi mereka yang menjalaninya, entah tanpa indikasi atau dengan indikasi tetaplah sebuah proses operasi besar.
Caesar adalah proses persalinan dengan melalui pembedahan di mana irisan dilakukan di perut ibu dan rahim untuk mengeluarkan bayi. (sumber)

Caesar bukanlah proses persalinan tanpa resiko, justru resiko dapat saja membahayakan bagi ibu dan bayi. Sama sajalah dengan proses persalinan normal yang tidak selalu mulus adanya, semua proses bisa saja menimbulkan resiko berbahaya. Jadi mengapa harus saling di banding-bandingkan?

Nih beberapa resiko melahirkan secara caesar yang mungkin kamu belum tau.
Sekiranya kamu yang termasuk salah satu orang yang memandang sebelah mata pada wanita yang melahirkan caesar, tolong baca sebelum kalian berkomentar yang enggak-enggak.

Resiko Jangka Pendek

1. Infeksi pada Bekas Jahitan
Infeksi luka akibat persalinan cesar beda dengan luka persalinan normal. Luka persalinan normal sedikit dan mudah terlihat, sedangkan luka operasi cesar lebih besar dan berlapis-lapis. Bila penyembuhan tak sempurna, kuman lebih mudah menginfeksi sehingga luka jadi lebih parah. Bukan tak mungkin dilakukan jahitan ulang.

 2. Infeksi Rahim
Infeksi rahim terjadi jika ibu sudah kena infeksi sebelumnya, misal mengalami pecah ketuban. Saat dilakukan operasi, rahim pun terinfeksi. Apalagi jika antibiotik yang digunakan dalam operasi tak cukup kuat.

3. Keloid
Keloid atau jaringan parut muncul pada organ tertentu karena pertumbuhan berlebihan sel-sel pembentuk organ tersebut. Ukuran sel meningkat dan terjadilah tonjolan jaringan parut. Perempuan yang punya kecenderungan keloid tiap mengalami luka niscaya mengalami keloid pada sayatan bekas operasinya.

4. Cedera Pembuluh Darah
Pisau atau gunting yang dipakai dalam operasi berisiko mencederai pembuluh darah. Misalnya tersayat. Kadang cedera terjadi pada penguraian pembuluh darah yang melengket. Ini adalah salah satu sebab mengapa darah yang keluar pada persalinan cesar lebih banyak dibandingkan persalinan normal.

5. Cedera pada Kandung Kemih
Kandung kemih melekat pada dinding rahim. Saat operasi cesar dilakukan, organ ini bisa saja terpotong. Perlu dilakukan operasi lanjutan untuk memperbaiki kandung kemih yang cedera tersebut.

6. Perdarahan
Perdarahan tak bisa dihindari dalam proses persalinan. Namun, darah yang hilang lewat operasi cesar dua kali lipat dibanding lewat persalinan normal.

7. Air Ketuban Masuk ke Pembuluh Darah
Selama operasi cesar berlangsung pembuluh darah terbuka. Ini memungkinkan komplikasi berupa masuknya air ketuban ke dalam pembuluh darah (embolus). Bila embolus mencapai paru-paru, terjadilah apa yang disebut pulmonary embolism. Jantung dan pernapasan ibu bisa terhenti secara tiba-tiba. Terjadilah kematian mendadak.

8. Pembekuan Darah
Pembekuan darah bisa terjadi pada urat darah halus di bagian kaki atau organ panggul. Jika bekuan ini mengalir ke paru-paru, terjadilah embolus.

9. Kematian Saat Persalinan
Beberapa penelitian menunjukkan, angka kematian ibu pada operasi cesar lebih tinggi dibanding persalinan normal. Kematian umumnya disebabkan kesalahan pembiusan, atau perdarahan yang tak ditangani dengan cepat.

10. Kelumpuhan Kandung Kemih
Usai operasi cesar, ada kemungkinan ibu tak bisa buang air kecil karena kandung kemihnya kehilangan daya gerak (lumpuh). Ini terjadi karena saat proses pembedahan berlangsung, kandung kemih terpotong.

11. Hematoma
Hematoma adalah perdarahan dalam rongga tertentu. Jika ini terjadi, selaput di samping rahim akan membesar membentuk kantung akibat pengumpulan darah terus-menerus. Akibatnya fatal -- kematian ibu. Sebenarnya, kasus ini juga bisa terjadi pada persalinan normal. Tapi mengingat risiko perdarahan pada operasi cesar lebih tinggi, risiko hematoma pun lebih besar.

12. Usus Terpilin
Operasi cesar mengakibatkan gerak peristaltik usus tak bagus. Kemungkinan karena penanganan yang salah akibat manipulasi usus, atau perlengketan usus saat mengembalikannya ke posisi semula. Akibatnya ibu sulit buang air besar dan buang angin karena ususnya seperti terpilin. Rasanya sakit sekali dan harus dilakukan operasi ulang.

13. Keracunan Darah
Keracunan darah pada operasi cesar dapat terjadi karena sebelumnya ibu sudah mengalami infeksi. Ibu yang di awal kehamilan mengalami infeksi rahim bagian bawah, berarti air ketubannya sudah mengandung kuman. Jika ketuban pecah dan didiamkan, kuman akan aktif sehingga vagina berbau busuk karena bernanah. Selanjutnya, kuman masuk ke pembuluh darah ketika operasi berlangsung, dan menyebar ke seluruh tubuh. Keracunan darah yang berat menyebabkan kematian ibu.

Resiko Jangka Panjang

14. Masalah Psikologis
Berdasarkan penelitian, perempuan yang mengalami operasi cesar punya perasaan negatif usai menjalaninya (tanpa memperhatikan kepuasan atas hasil operasi). Depresi pasca persalinan juga merupakan masalah yang sering muncul. Beberapa mengalami reaksi stres pasca trauma berupa mimpi buruk, kilas balik, atau ketakutan luar biasa terhadap kehamilan. Masalah psilokogis ini lama-lama akan mengganggu kehidupan rumah tangga atau menyulitkan pendekatan terhadap bayi. Hal ini bisa muncul jika ibu tak siap menghadapi operasi.

15. Pelekatan Organ Bagian Dalam
Penyebab pelekatan organ bagian dalam pasca operasi cesar adalah tak bersihnya lapisan permukaan dari noda darah. Terjadilah perlengketan yang menyebabkan rasa sakit pada panggul, masalah pada usus besar, serta nyeri saat melakukan hubungan seksual. Jika kelak dilakukan operasi cesar lagi, pelekatan bisa menimbulkan kesulitan teknis sehingga melukai organ lain, seperti kandung kemih atau usus.

16. Pembatasan Kehamilan
Dulu, perempuan yang pernah menjalani operasi cesar hanya boleh melahirkan tiga kali. Kini, dengan teknik operasi yang lebih baik, ibu memang boleh melahirkan lebih dari itu -– bahkan sampai lima kali. Tapi risiko dan komplikasinya makin berat.

Resiko Persalinan Berikutnya

17. Sobeknya Jahitan Rahim
Ada tujuh lapis jahitan yang dibuat saat operasi cesar. Yaitu jahitan pada kulit, lapisan lemak, sarung otot, otot perut, lapisan dalam perut, lapisan luar rahim, dan rahim. Jahitan rahim ini bisa sobek pada persalinan berikutnya. Makin sering menjalani operasi cesar, makin tinggi risiko terjadinya sobekan.

18. Pengerasan Plasenta
Jika setelah operasi cesar ibu hamil lagi, plasenta bisa tumbuh ke dalam melewati dinding rahim, sehingga sulit dilepaskan. Bila plasenta sampai menempel pada selaput lendir rahim (endometrium), harus dilakukan pengangkatan rahim karena plasenta mengeras.

Resiko pada Bayi

19. Tersayat
Ada dua pendapat soal kemungkinan tersayatnya bayi saat operasi cesar. Pertama, habisnya air ketuban yang membuat volume ruang di dalam rahim menyusut. Akibatnya, ruang gerak bayi pun berkurang dan lebih mudah terjangkau pisau bedah. Kedua, pembedahan lapisan perut selapis demi selapis yang mengalirkan darah terus-menerus. Semburan darah membuat janin sulit terlihat. Jika pembedahan dilakukan kurang hati-hati, bayi bisa tersayat di bagian kepala atau bokong. Terlebih, dinding rahim sangat tipis.

20. Masalah Pernapasan
Bayi yang lahir lewat operasi cesar cenderung mempunyai masalah pernapasan: yaitu napas cepat dan tak teratur. Ini terjadi karena bayi tak mengalami tekanan saat lahir -– seperti bayi yang lahir alami -- sehingga cairan paru-parunya tak bisa keluar. Masalah pernapasan ini akan berlanjut hingga beberapa hari setelah lahir.

21. Angka Apgar Rendah
Rendahnya angka Apgar merupakan efek anestesi dan operasi cesar, kondisi bayi yang stres menjelang lahir, atau bayi tak distimulasi sebagaimana bayi yang lahir lewat persalinan normal. Berdasarkan penelitian, bayi yang lahir lewat operasi cesar butuh perawatan lanjutan dan alat bantu pernapasan lebih tinggi dibandingkan bayi lahir normal.

Jadi, masih bilang kalau ibu yang melahirkan caesar itu gak mau merasakan sakit?
Justru pemulihan ibu yang melahirkan normal lebih cepat daripada caesar.
Masih bilang kalau ibu yang melahirkan caesar itu belum jadi ibu seutuhnya?
Bukankah mereka sama-sama mengandung anak mereka dan melahirkannya? Hanya jalan melahirkannya saja yang berbeda.
Masih bilang juga kalau ibu yang melahirkan caesar menyalahkan kodratnya sebagai perempuan?
Bukankah mereka tetap merawat dan memelihara anak mereka setelah melahirkan?

Saya pun melahirkan caesar dengan indikasi, kesal saat ada yang bilang saya belum menjadi ibu seutuhnya karena tidak melahirkan normal.
Mudah memang mengatakannya, saya pun ingin melahirkan normal dengan pembukaan yang sudah lengkap, harapan sangat besar namun jalan Tuhan berbeda dan saya tak bisa memaksakannya kan?

Saya merasa tetap menjadi ibu seutuhnya, karena dengan keterbatasan saya, luka operasi yang masih terbalut 1x24 jam pun saya berusaha bangkit dari kasur di rumah sakit untuk berjalan dan menggendong bayi saya. Sampai di rumah pun, saya berusaha menahan sakitnya luka operasi yang masih terbalut selama seminggu. Setelah balutan di buka pun, saya masih tetap ada untuk bayi saya walau luka sayatan dalam dan luar masih suka nyeri.

Dan sampai bayi saya sekarang berumur 1,5 bulan pun saya masih tetap berusaha menjadi ibu seutuhnya walau bayi saya semakin lincah dengan kaki yang menendang-nendang bekas luka operasi yang sedang mau mengering dan luka sayatan dalam yang masih saja nyeri hingga sekarang.

God bless :')

No comments: